h1
PANTUN KELAKAR TERHADAP JANDA
Agustus 4, 2008
Sabit bukan sebarang sabit
Sabit berhulu kepala gajah
Sakit bukan sebarang sakit
Sakit merayu jandanya nikah
Sabit bukan sebarang sabit
Sabit berhulu kepala gajah
Sakit bukan sebarang sakit
Sakit merayu jandanya nikah
Ada malangnya membeli kuda
Walaupun baik susah dikekang
Ada malangnya berbini janda
Walaupun cantik lah sisa orang
Susahlah hati anak merpati
Nampak kuda meminum darah
Susahlah hati hendak berlaki
Awaklah janda sebelum nikah
Anak kuda memakan dedak
Datang balam duduk berjaga
Awak duda gilakan talak
Siang malam mengintai janda
Ada untungnya membeli kuda
Dapat dipacu berulang alik
Ada untungnya berbini janda
Dapat berguru yang pelik-pelik
Bagaimana rusa tidak mengamuk
Kijang menyombong menampar dada
Bagaimana dara tidak merajuk
Bujang sekampung mengejar janda
Bagaimana unta tidakkan pening
Tupai meranda dipinang balam
Bagaimana mata tidakkan juling
Mengintai janda siang dan malam
Ada untungnya membeli kuda
Dapat dipacu berulang alik
Ada untungnya berbini janda
Dapat berguru yang pelik-pelik
Catuk bukan sebarang catuk
Catuk ayam menang berlaga
Duduk bukan sebarang duduk
Duduk diam mengenang janda
Daripada manggis eloklah mangga
Karena mangga rasanya enak
Daripada gadis eloklah janda
Karena janda ilmunya banyak
Jerat dipasang sekali habis
Bila tak habis senjalah hari
Niat memang mencari gadis
Tak ada gadis jandapun jadi
Lubuk Bakung teluk negeri
Di sana Buaya banyak bersarang
Menengok Lutung jadi menteri
Banyaklah janda mabuk kepayang
Mengapa main berlalai-lalai
Karena hari menjelang senja
Mengapa kain terburai-burai
Karena lakinya pulang ke janda
Perahu Cina membawa rempah
Jalannya miring dipukul ombak
Rindu kan janda sudah menikah
Badan meranting kepala botak
Perahu Bugis bermuatan lada
Terlanda pukat berhenti dulu
Dituju gadis yang dapat janda
Janda dapat dijadikan guru
Pisau belati baru diasah
Untuk senjata menembuk dinding
Risau hati malu bertambah
Menengok janda duduk bersanding
Sabit bukan sebarang sabit
Sabit pandak bertuang baja
Sakit bukan sebarang sakit
Sakit hendak mengulang janda
Sabit bukan sebarang sabit
Sabit berhulu kepala gajah
Sakit bukan sebarang sakit
Sakit merayu jandanya nikah
Sejak beruk menampar kuda
Ternak yang lain menjadi kacau
Sejak datuk mengejar janda
Banyaklah datin membeli pisau
Susahlah hati anak merpati
Nampak kuda meminum darah
Susahlah hati hendak berlaki
Awaklah janda sebelum nikah
Tali kail sangkut ke kail
Dilempar masuk ke tempat kuda
Hati kecil lutut menggigil
Mendengar datuk memikat janda
Tali bendera berwarna kuning
Tanda daulat serta kuasa
Hati gembira duduk bersanding
Tahunya dapat janda tua
Untuk apa membeli renda
Untuk meperindah sulaman
Untuk apa berbini janda
Untuk menambah pengalaman
Uncang kecil isi sedikit
Membayar lada manakan sampai
Tulang menggigil lari terbirit
Dikejar janda di depan ramai
Usang bukan sebarang usang
Usang mangkuk gunanya sama
Pulang bukan sebarang pulang
Pulang menengok janda lama
Walau banyak cawan dijual
Harga murah cepat larisnya
Walau banyak kawan berbual
Bersua janda cepat larinya
Wakil bukan sebarang wakil
Wakil orang mengantar tanda
Degil bukan sebarang degil
Degil miang mengejar janda
Wakil udang kepada belida
Wakil belida kepada buntal
Degil bujang karena janda
Degil janda karena gatal
Waktu pagi orang merenda
Merenda kain untuk selendang
Malulah hati memandang janda
Janda lah kawin awak membujang
Waktu pagi kabut pun reda
Hendak bersampan laut berombak
Mau berhenti takut ke janda
Hendak berjalan lutut lah bengkak
Waktu sehari terasa lama
Ditinggal sedang mabuk kepayang
Malulah hati bersua janda
Sesalpun datang bukan kepalang
Waktu menteri berjaja jagung
Orang menangis mengurut dada
Pilulah hati dara sekampung
Bujangnya habis disikat janda
Yakin dihati yakinlah umat
Niat tak habis pada yang luhur
Lain dicari lain yang dapat
Tak dapat gadis jandapun syukur
Yang bertanda biar bertanda
Untung tanda dapat dipegang
Orang menjanda biar menjanda
Untung janda mendapat bujang
Yang wangi bunga
Yang busuk tahi
Yang dicari janda
Yang dipeluk bini
Yang direndang bilis
Yang masak lada
Yang dipinang gadis
Yang terbawak janda
Yang diminta bilis
Yang dapat lada
Yang dicinta gadis
Yang dapat janda
Yang ada sudah dihimbau
Niat berdoa menolak bala
Orang duda suka mengigau
Teringat janda ditalak tiga
Api siapa di pondok itu
Apinya janda tengah menugal
Laki siapa yang bungkuk itu
Sudah tua gila menggatal
Ditulis dalam pantun lucu | Leave a Comment »
h1
PANTUN KELAKAR TERHADAP MERTUA
Agustus 4, 2008
Bagaimana tempua tidakkan palak
Mendengar kera terkentut-kentut
Bagaimana telinga tidakkan pekak
Mendengar mertua merungut-rungut
Elok mengutip buah cempedak
Baunya wangi rasapun segar
Eloklah nasib mertua pekak
Menantu mengeji ia tak sadar
Elok hari bawa berburu
Dengan berburu banyaklah daging
Eloklah hati mertua bisu
Dengan menantu tidak menengking
Elok hari bawa berunding
Jangan menunggu bala meletus
Eloklah hati mertua sumbing
Dengan menantu tertawa terus
Karena kera hendak menikah
Banyak lembu merebus daging
Karena mertua tamak serakah
Banyak menantu kurus kering
Lama duduk tentulah lapar
Hendak makan nasi tak masak
Mertua beruk menantu ular
Anak dimakan bini digasak
Mati semut mati terhimpit
Ditimpa batang pecahlah perut
Laki kedekut bininya pelit
Mertua datang muka berkerut
Perahu layar membawa limau
Belum berhenti sebelum senja
Malu besar mukapun hijau
Mencium bini tercium mertua
Makan pengat sekali duduk
Hendak bertambah terasa kenyang
Badan penat bini merajuk
Hendak marah mertua garang
Perahu Banjar berlayar malam
Disana sini berjaja gula
Malu besar mukapun lebam
Meraba bini teraba mertua
Sabit bukan sebarang sabit
Sabit berhulu berukir naga
Sakit bukan sebarang sakit
Sakit malu disindir mertua
Sudahlah kaki tidak dibasuh
Kepalanya pula diberak burung
Sudahlah laki tidak senonoh
Mertuanya pula berbuat serong
Sudahlah periuk tidak berisi
Terbuang pula isi belanga
Sudahlah teruk digasak bini
Ditendang pula oleh mertua
Tengah menampi padi ladang
Datang tempua bersama gagak
Tengah menanti kekasih datang
Datang mertua membawa kapak
Tumbuh betung ditepi paya
Walaupun lebat mudah ditebang
Sungguh untung lelaki kaya
Walaupun jahat mertua sayang
Sudahlah kaki tidak dibasuh
Kepalanya pula diberak burung
Sudahlah laki tidak senonoh
Mertuanya pula berbuat serong
Ulat bukan sebarang ulat
Ulat sutera gunanya banyak
Umpat bukan sebarang umpat
Diumpat mertua telinga pekak
Walaupun perahu mulai lapuk
Karena berguna dijaga orang
Walau menantu bagaikan beruk
Karena kaya mertuanya sayang
Wangi sekali minyak jelantah
Enak digoreng bersama kerak
Laki bini tegak berbantah
Anak kencing mertua teberak
Wangi sekali minyak nilam
Gunanya untuk bahan ramuan
Laki bini hendak bertikam
Mertua sibuk mencarikan kafan
Waktu makan orangpun pulang
Minum kopi minum bersama
Malunya bukan alang kepalang
Mencium bini tercium mertua
Waktu hujan awanpun gelap
Suntuk langkah dadapun kemak
Mau berjalan badan berkurap
Duduk di rumah mertua galak
Waktu menteri berdagang kacip
Para pembesar berjaja pinang
Pilulah hati mengenang nasib
Mertua pengasar lakinya garang
Yang gadis suka berbedak
Bedak menambah bersih wajahnya
Orang bengis suka membentak
Terbentak mertua putih mukanya
Zaman silam zaman beradat
Kini adat dilupakan orang
Siang malam fikiran tumpat
Bini lah berat mertua pulang
Zaman dahulu hidup tenteram
Sanak saudara beramah tamah
Badan lesu tak tidur malam
Dibentak mertua celana basah
Zaman purba lamalah sudah
Beribu tahun sudah berlalu
Tangan meraba meleleh ludah
Mau mencium mertua lalu
Bagaimana semut tidak membalas
Beruk menimpa kera mengancam
Bagaimana perut tidakkan mulas
Menengok mertua bermuka masam
Ditulis dalam pantun lucu | Leave a Comment »
h1
PANTUN KELAKAR TERHADAP SUAMI
Agustus 4, 2008
Ada malangnya membeli gula
Gula lekas dikerumuni semut
Ada malangnya berlaki tua
Bekerja keras nafaspun sempot
Ada malangnya membeli itik
Dipagar luas susah menetas
Ada malangnya berlaki pendek
Dikejar di atas di bawah lepas
Dari kapal meniti batang
Salah bawa jatuh berdebuk
Laki gatal binipun miang
Mertua gila anakpun mabuk
Mengapa kaki jadi melepuh
Kaki terinjak kebara panas
Mengapa laki lari menjauh
Bininya galak mertua ganas
Ada untungnya membeli suluh
Dapat menjadi penyuluh rumah
Ada untungnya berlaki lumpuh
Diumpat bini selalu mengalah
Ada untungnya membeli terung
Walau direndam tidakkan tengit
Ada untungnya berlaki ompong
Walau geram tak dapat menggigit
Mengapa jalan menjadi miring
Karena kakinya sebelah bengkak
Mengapa badan jadi meranting
Karena lakinya suka merangkak
Mengapa main berlalai-lalai
Karena hari menjelang senja
Mengapa kain terburai-burai
Karena lakinya pulang ke janda
Mengapa hari tak mau terang
Kabut tebal setiap paginya
Mengapa laki tak mau pulang
Takut disambal oleh bininya
Ada untungnya membeli gula
Sekali rasa bagaikan madu
Ada untungnya berlaki tua
Bini dimanja tidur dipangku
Bagaimana kumbang tidakkan risau
Bunga di tanjung mati semua
Bagaimana bujang tidak merantau
Dara di kampung berlaki tua
Bagaimana babi tidak mengaruk
Hutan tumbang dilapah badak
Bagaimana laki tidak merajuk
Jangankan ditimang disapa tidak
Bagaimana khatib takkan marah
Hari jumat pergi berburu
Bagaimana aib takkan terdedah
Laki jahat bini pencemburu
Bukan buah sebarang buah
Buah kemiri pelezat sayur
Bukan tua sebarang tua
Tua lelaki urat tak kendur
Celik bukan sebarang celik
Celik hati mengaji tahu
Cerdik bukan sebarang cerdik
Cerdik laki berbini baru
Dari laut pergi ke darat
Jalan lecah masuk ke lumpur
Laki pencarut bini pengumpat
Pinggan pecah mangkuk bertabur
Hari gelap hatipun risau
Duduk diam masuk kelambu
Laki berkurap bini berpanau
Siang malam duduk bergaru
Hari cerah mencari manggis
Hari buruk bawa berundur
Laki pemarah bini pembengis
Berhenti beramuk ketika tidur
Hari panas pergi ke hutan
Terlanda semut duduk meracau
Laki pemalas bini penyegan
Tangga berlumut periuk berlangau
Hari buruk berhenti mencari
Hendak berbual tiada pandai
Laki pemabuk bini penjudi
Anak terjual rumah tergadai
Hari petang nasi ditanak
Duduk bersama bersenang-senang
Laki pemberang bini pembengak
Periuk belanga terbang melayang
Hiruk pikuk Kucing di dapur
Berebut panggang dengan tikus
Awak lah bungkuk matapun kabur
Berlaki bujang cepatlah mampus
Mengapa kakinya menjadi bengkok
Terpijak jarum bengkak jadinya
Mengapa bininya menjadi mabuk
Tak tahan mencium ketiak lakinya
Nyaman sungguh orang menumbuk
Dapat padi muka berminyak
Badan berpeluh tulangpun remuk
Dapat laki berselera badak
Perahu Arab berjaja malau
Singgah ke Daik membeli lada
Bahu berkurap dada berpanau
Nasibnya baik berlaki buta
Piring kaca tercampak hancur
Tidak hancur pastilah remuk
Pening kepala tak nyenyak tidur
Hendak tidur laki merajuk
Sabit bukan sebarang sabit
Sabit dapat pengganti pisau
Sakit bukan sebarang sakit
Sakit melihat laki merayau
Sarang bukan sebarang sarang
Sarang berisi anak merbah
Sayang bukan sebarang sayang
Sayang ke laki anak mengalah
Jauh berjalan payahlah kaki
Penatlah betis letak anggota
Jodoh idaman sudah berlaki
Hendak menangis awak lah tua
Sungguh beruntung membeli kolek
Dapat berkayuh ke sana sini
Sungguh beruntung lelaki pendek
Dapat berteduh di dada bini
Tumbuh betung ditepi pantai
Pantainya tempat berburu tidak
Sungguh untung laki bermisai
Misainya dapat menyapu ketiak
Tumbuh betung di tepi tasik
Kalau tasik banyak buntalnya
Sungguh untung berlaki pendek
Walau pendek banyak akalnya
Tumbuh betung di tepi kolam
Kolamnya elok airnya bening
Sungguh untung berlaki hitam
Hitamnya elok menjaga maling
Tumbuh betung di tepi pagar
Di tepi pagar kain terhampai
Sungguh untung laki penyabar
Laki penyabar mainnya usai
Tumbuh betung di tepi sumur
Di tepi sumur kera tak nampak
Sungguh untung laki penidur
Laki penidur kerja tak banyak
Tumbuh betung di tepi parit
Di tepi parit menjadi semak
Sungguh untung berlaki pelit
Laki pelit tak susah memasak
Tumbuh betung berdiri lurus
Batang lurus senang dikerat
Sungguh untung berlaki kurus
Orang kurus senang memanjat
Tumbuh betung ditepi paya
Walaupun lebat mudah ditebang
Sungguh untung lelaki kaya
Walaupun jahat mertua sayang
Tumbuh betung di tepi belat
Hendak ditebang sukar diganti
Sungguh untuk laki berpangkat
Banyak orang mengantar upeti
Tumbuh betung di tepi belat
Hendak ditebang sukar diganti
Sungguh untuk laki berpangkat
Banyak orang mengantar upeti
Tumpuh talang di tepi bukit
Kalau rebah semua tercabutp
Sungguh malang berlaki buncit
Kalau menimpa nyawa ke buntut
Tumbuh betung di tepi gubuk
Hendak ditebas dikait onak
Sungguh untung berlaki datuk
Kehendak lepas duitpun banyak
Untuk apa pergi petang
Supaya pulang subuh-subuh
Untuk apa berlaki bujang
Supaya senang disuruh-suruh
Untuk apa membeli kuda
Kaki kuda pandai melompat
Untuk apa berlaki tua
Laki tua pandai memanjat
Untuk apa mencari manggis
Untuk dimakan isinya sedap
Untuk apa membeli keris
Untuk menjaga laki menyelap
Ujung tiang berbaji dua
Satu di atas satu di bawah
Untung malang berlaki tua
Layu di atas layu di bawah
Ujung tiang diikat besi
Supaya tidak dimakan rayap
Untung malang mendapat laki
Telinga pekak badan berkurap
Ubah bukan sebarang ubah
Merubah kaji dalamkan ilmu
Upah bukan sebarang upah
Mengupah laki dalam kelambu
Walaupun kaki terasa kejang
Karena petang berebut pergi
Walaupun laki sudah membujang
Karena sayang dijemput lagi
Wangilah bunga sedap malam
Banyak kumbang ikut menyeri
Laki lah tua merayap malam
Hendak ditendang takut mati
Wangilah bau durian masak
Ditaruh pula di ceruk dinding
Hati lah malu berlakikan budak
Disuruh pula duduk bersanding
Waktu menteri berdagang nasi
Orang dalam berjaja beras
Sayulah hati memandang laki
Siang dan malam bekerja keras
Yakin membeli takkan merugi
Begitu kata orang dahulu
Lenjinlah bini diperbudak laki
Mau berbantah mulutnya bisu
Yang naik terus ke atas
Pergi untuk melapangkan dada
Orang baik tulus dan ikhlas
Laki bungkuk ditimangnya juga
Zaman kini zaman kemajuan
Manusia banyak ilmunya
Dengan laki jangan melawan
Supaya tidak dimadukannya
Yang berbudi kita muliakan
Supaya terbalas budi baiknya
Tunangan berlaki kita doakan
Supaya lekas dicerai lakinya
Zaman kini dunia terbalik
Bertukar faham sudah biasa
Dengan laki bersangka baik
Keluar malam biarkan saja
Zaman kini zamannya ilmu
Umat terbilang karena ilmunya
Dengan laki janganlah ragu
Lambat pulang tarik seluarnya
Zaman Katak di bawah tempurung
Langit tinggi dipandang rendah
Fikiran kemak laki pun pesong
Setiap hari terang berbantah
Bagaimana main hendak selesai
Beruk menari makin menggila
Bagaimana kain tidak terburai
Menengok laki bermain muda
Api siapa di ladang itu
Api orang memeram labu
Laki siapa yang miang itu
Pagi petang dalam kelambu
Waktu menteri berjaja udang
Habislah basah kaki celana
Pilulah hati pemuda lajang
Gadisnya sudah berlaki tua
Walaupun unta sudah mabuk
Diusik babi minum juga
Walaupun mata sudah kantuk
Direngek laki bangun juga
Ujung bukan sebarang ujung
Ujung belati dapat dicabut
Untung bukan sebarang untung
Untung berlaki dapat selimut
Untuk apa berpagar rapat
Supaya tidak dimasuki babi
Untuk apa belajar silat
Supaya tidak dibodohi laki
Tumbuh talang menjadi rebung
Diberak kucing tiada berguna
Sungguh malang berlaki bingung
Diajak berunding mulut menganga
Tumbuh betung di tepi rakit
Walaupun bengkok dicari orang
Sungguh untung lelaki berduit
Walau lah bungkuk bininya sayang
Tumbuh betung di tepi paya
Tepi bersemak payapun luas
Sungguh untung lelaki kaya
Bini banyak selerapun lepas
Tumbuh betung di tepi busut
Busut dapat jadi peranginan
Sungguh untung berlaki burut
Burutnya dapat jadi mainan
Sungguh bertuah kuali tembuk
Banyak diisi takkan melimpah
Sungguh bertuah berlaki gemuk
Diajak berkelahi tegakpun susah
Tali ayam sangkut berbelit
Sangkut ke pagar kendur talinya
Hari malam perut melilit
Takut mendengar dengkur lakinya
Tali kekang jatuh ke tanah
Larilah kuda lintang pukang
Hati bimbang peluh menyimbah
Lakinya sudah main belakang
Jalan darat membawa pupuk
Terpijak telur kaki berkubang
Badan penat mata mengantuk
Hendak tidur laki meradang
Lalat buta terbangnya pagi
Makan benalu sampai kenyang
Beratlah mata memandang laki
Badan berbulu bagai siamang
Sayang Pak Tua mulutnya ompong
Hendak mengunyah gusi berdarah
Sayanglah dara perutnya gembung
Hendak berlaki kan serba salah
Ditulis dalam pantun lucu | Leave a Comment »
h1
PANTUN KELAKAR TERHADAP ISTERI
Agustus 4, 2008
Bagaimana jala tidakkan koyak
Tali pengikat kena ke ranting
Bagaimana kepala tidakkan botak
Bini empat semuanya bunting
Bagaimana keladi tidakkan gatal
Diberak semut pagi dan petang
Bagaimana gigi tidakkan tanggal
Awak pencarut bini peradang
Bagaimana padi tidakkan rebah
Dipijak kambing bersama badak
Bagaimana bini tidakkan marah
Dia bunting awak merangkak
Ada untungnya membeli badik
Dipegang saja orang lah takut
Ada untungnya berbini cantik
Dipandang saja kenyanglah perut
Ada malangnya membeli badik
Bila majal manfaatnya kurang
Ada malangnya berbini cantik
Bila ditinggal dipanjat orang
Ada untungnya membeli pasu
Pecahnya tidak sulit diganti
Ada untungnya berbini bisu
Marahnya tidak memaki-maki
Ada malangnya membeli pasu
Bila sumbing disimpan saja
Ada malangnya berbini bisu
Bila berunding tangan meraba
Ada untungnya membeli tepak
Dapat diisi sirih dan pinang
Ada untungnya berbini pekak
Diumpat laki dia bertenang
Ada untungnya membeli pelita
Hari gelap dinyalakan sumbu
Ada untungnya berbini buta
Laki berkurap dia tak tahu
Ada untungnya membeli lada
Dibuat sambal memanglah lezat
Ada untungnya berbini muda
Dibuat bantal hilanglah penat
Bagaimana lutung takkan berang
Babi mengejek kera mencerca
Bagaimana hidung takkan kembang
Bini cantik mertuapun kaya
Bagaimana lutung takkan berang
Kera memijak babi menginjak
Bagaimana hidung takkan kembang
Harta banyak binipun banyak
Bagaimana lutung takkan berang
Anak beruk mencuri manggis
Bagaimana hidung takkan kembang
Awak lah bungkuk berbini gadis
Bagaimana lutung takkan berang
Lebah menderu babi meluru
Bagaimana hidung takkan kembang
Rumah baru binipun baru
Ditulis dalam pantun lucu | Leave a Comment »
h1
PANTUN KEPANDIRAN DAN KEGAGAPAN DIRI
Agustus 4, 2008
Anak buntal tergapai-gapai
Bila pasang berhanyut-hanyut
Awak bebal memandai-mandai
Ditanya orang terkentut-kentut
Anak tiung barukan besar
Mencoba terbang campak ke tanah
Awak bingung mengaku pintar
Ditanya orang pesaknya basah
Anak kancil diluru tupai
Lumpuh kaki jalan merangkak
Awak degil mengaku lebai
Disuruh mengaji nafaspun sesak
Anak cercap jatuh ke kali
Dibawa arus mati terbuntang
Awak gagap disuruh mengaji
Membaca sebaris haripun petang
Anak lembu duduk menangis
Ditendang kambing campak kelumpur
Awak bisu duduk di majelis
Orang berunding awak mendengkur
Anak kuda tegak meringkik
Kaki belakangnya kena bisul
Awak buta berlagak celik
Tahi dipegang dikira dodol
Anak tempua baru keluar
Disengat lebah meracau-racau
Awak lah tua nafsu berkobar
Melihat betina tergagau-gagau
Bagaimana lutung takkan berang
Hendak ke hilir ditahan kera
Bagaimana hidung takkan kembang
Awak pandir dijadikan ketua
Bagaimana lutung takkan berang
Anak ditinggal jatuh berdebin
Bagaimana hidung takkan kembang
Awak bebal menjadi pemimpin
Ditulis dalam pantun lucu | Leave a Comment »
h1
PANTUN MENGOLOK-OLOK
Agustus 4, 2008
Hilir berderap mudik berderap
Patah galah haluan perahu
Bini berkurap laki berkurap
Penat tangan kaki menggaru
Elok rupanya pohon belimbing
Tumbuh di dekat limau tungga
Elok berbini orang sumbing
Biar marah tertawa juga
Kalau sulit merendam pekasam
Rendamlah daun buah selasih
Kalau kulit hitam legam
Direndam setahun takkan putih
Kalau mulut tidak bergigi
usah lagi membeli petai
kalau kentut di muka kadhi
Nikah tak jadi saksi saksi terkulai
Anak tikus merayap dinding
Dikejar musang terlonjak-lonjak
Awak kurus cakap melenting
Ditampar orang terberak-berak
Anak beruk bermain tempurung
Kena pukang kepala pun pening
Awak gemuk berkain sarung
Disangka orang betina bunting
Kalaulah beruk bermain gasing
Kepala bengkak ditampar tupai
Sudahlah duduk kain tersingsing
Dibawa tegak celana terburai
Sudahlah jalan putus dihadap
Tak mau pula memakai perahu
Sudahlah badan penuh berkurap
Tak mau pula memakai baju
Ditulis dalam pantun lucu | Leave a Comment »
h1
PANTUN SINDIR MENYINDIR
Agustus 4, 2008
Tanam padi dalam hutan
Sudah ditanam ditunggui
Kesal hati ayam jantan
Padi terjemur ditunggui
Kerukut kampung serani
Ambil tangga buat titian
Hati takut jadi berani
Melihat janda bagai perawan
Elok-elok menunggang kuda
Tebing bertarah tanahnya licin
Elok-elok berbini muda
Nasi hangus gulainya masin
Pagi hari memasak bubur
Takut masam ditambah gula
Laki bini tidak bertegur
Mulut diam tangan meraba
Anak buntal terkapai-kapai
Dibawa pasang hanyut ke laut
Awak bebal memandai-mandai
Ditanya orang terkentut-kentut
Karena jaring ditahan ungka
Banyak siamang tak dapat rezeki
Karena bersaing dengan yang tua
Banyaklah bujang tak dapat bini
Sejak belatuk pergi kawin
Siang malam bayan meradang
Sejak beruk jadi pemimpin
Halal haram dimakan orang
Jalan-jalan ke Kampung Dalam
Singgah-menyinggah di pagar orang
Pura-pura mencari ayam
Ekor mata ke anak orang
Ditulis dalam pantun lucu | Leave a Comment »
h1
PANTUN DUKA CITA
Agustus 3, 2008
Sinangis lauk ‘rang tiku
Diatur dengan duri pandan
Menangis duduk di pintu
Melihat ayah pergi berjalan
Diatur dengan duri pandan
Gelombang besar membawanya
Melihat ayah pergi berjalan
Entah ‘pabila kembalinya
Lurus jalan ke Payakumbuh
Kayu jati bertimbal jalan
Dimana hati tidakkan rusuh
Ibu mati bapak berjalan
Kayu jati bertimbal jalan
Turun angin patahlah dahan
Ibu mati bapak berjalan
Kemana untung diserahkan
Besar buahnya pisang batu
Jatuh melayang selaranya
Saya ini anak piatu
Sanak saudara tidak punya
Hiu beli belanak beli
Udang di Manggung beli pula
Adik benci kakak pun benci
Orang di kampung benci pula
Rakit ditetas dengan kapak
Hanyutkan dari pulau kukus
Sakitnya saya tidak berbapak
Apa kehendak tidaklah lulus
Lurus jalannya ke Tanjung Sani
Berkelok tentang ladang lada
Jauh bedanya nasibku ini
Dengan anak orang berada
Ke balai membawa labu
Labu amanat dari si tunggal
Orang memakai baju baru
Hamba menjerumat baju bertambal
Merpati terbang ke jalan
Ikan belanak makan karang
Bunda mati bapak berjalan
Melarat anak tinggal seorang
Orang Padang pergi ke Pauh
Sampai di Pauh membeli lokan
Bunda kandung berjalan jauh
Tergemang anak ditinggalkan
Tukang batu mengasah pahat
Mengambil air dari tepian
Ayah bunda cobalah lihat
Anak menanggung perasaan
Mengambil air dari tepian
Pembasuh cangkir cawan pinggan
Anak menanggung perasaian
Sejak anak bunda tinggalkan
Di mana padi takkan luluh
Padi basah tidak di tampi
Di mana hati takkan rusuh
Bunda hilang bapak berbini
Elang berculit tengah hari
Cenderawasih mengirai kepak
Alangkah sakitnya berbapa tiri
Awak menangis disangka gelak
Anak orang di Tanjung Sani
Duduk bersandar di pedati
Tidak disangka akan begini
Pisau dikandung makan hati
Panjanglah rumput di pematang
Disabit orang Inderagiri
Disangka panas sampai petang
Kiranya hujan tengah hari
Rumah beranjung di ulakan
Rumah baginda Merahganti
Kami dimulia, dihinakan
Alangkah iba rasa hati
Anak orang di Padang Tarap
Peram pisang dalam jerami
Kami diberi harap-harap
Itu mengiba hati kami
Orang Padang ke Sukabumi
Berangkat dari Pulau Karam
Jangan ditumpang biduk kami
Biduk tiris menanti karam
Ditulis dalam pantun suasana hati | Leave a Comment »
h1
PANTUN SUKA CITA
Agustus 3, 2008
Elok rupanya kumbang jati
Dibawa itik pulang petang
Tidak terkata besar hati
Melihat ibu sudah datang
Dibawa itik pulang petang
Dapat dirumput bilang-bilang
Melihat ibu sudah datang
Hati cemas menjadi hilang
Dapat di rumput bilang-bilang
Menghisap bunga dengan mayang
Hati cemas menjadi hilang
Perut lapar menjadi kenyang
Juragan bernama Sutan Tahir
Muat beras bercampur pulut
Selama masa adikku lahir
Telah beroleh kawan bergelut
Orang Bandung memintal kapas
Anak Cina berkancing tulang
Ayah kandung pulanglah lekas
Ananda rindu bukan kepalang
Pergi mengail umpan sinangis
Dapatlah limbat gedang-gedang
Adik kandung jangan menangis
Orang penangis lambat gedang
Cina gemuk membuka kedai
Menjual embeh dengan pasu
Bertepuk adikku pandai
Boleh diupah dengan susu
Ramai orang bersorak-sorak
Menepuk gendang dengan rebana
Alangkah besarnya hati awak
Mendapat baju dengan celana
Ayam kinantan terbang mengekas
Hinggap di ranting bilang-bilang
Melihat ibu pulang lekas
Hatiku besar bukan kepalang
Hanyut batang berlilit kumpai
Terdampar di ujung Tanjung Jati
Bunda pulang bapa pun sampai
Kemi semua berbesar hati
Saya tidak pandai menari
Sebarang tari saya tarikan
Saya tidak pandai menyanyi
Sebarang nyanyi saya nyanyikan
Kita menari keluar bilik
Sebarang ari kita tarikan
Kita bernyanyi adik-beradik
Sebarang nyanyi kita nyanyikan
Tengah rembang panas teduh
Peluh di badan habis bertitik
Ayuhai saudara jangan bergaduh
Lihatlah bunda sudah berbalik
Sayang pisang tiada berjantung
Bunga keluar dari kelopak
Penat sangat ibu mendukung
Adik tak juga mau gelak
Buai-buai dalam buaian
Buaian dari rotan saga
Panjang benar janggut tuan
Mari dibuat tali timba
Burung elang burung merpati
Terbang ke kubur mencari makan
Bukan kepalang senangnya hati
Melihat ibu pulang dari pekan
Ditulis dalam pantun suasana hati | Leave a Comment »
h1
PANTUN PUJIAN KEPADA NABI MUHAMMAD SAW
Agustus 3, 2008
Banyak hari diantara hari
Tidak semulia hari Jum‘at
Banyak nabi diantara nabi
Tidak semulia nabi Muhammad
Banyaklah redup perkara redup
Redup alamat hari kan hujan
Banyaklah hidup perkara hdiup
Hidup Muhammad menjadi teladan
Jaringan puput merata-rata
Campakkan bilis ke dalam pukat
Keringlah laut menjadi tinta
Takkan tertulis ajaran Muhammad
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Comments
0 comments to "koleksi pantun remaja"
Posting Komentar